Rabu, 20 Juli 2011

Menuju Swasembada Garam 2012

Tekad dan optimisme Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad bahwa Indonesia akan ber-swasembada garam pada tahun 2012 bukan sesuatu yang mustahil dan bukan tanpa dasar.
Pemerintah menargetkan swasembada garam konsumsi pada 2012 dengan memproduksi garam beryodium mencapai 1,16 juta ton, dengan mengoptimalkan lahan yang sudah ada sebanyak 34.000 Hektare. Jika tersedia lahan budidaya garam sebanyak 50.000 Hektare, maka swasembada garam beryodium dan garam konsumsi dapat tercapai.

Sebagai langkah awal menuju swasembada garam tahun 2012 pemerintah akan melakukan revitalisasi peralatan  pengolahan garam dengan dana dari yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2010 sebanyak Rp 10 miliar.
Menurut Fadel, untuk mewujudkan swasembada garam, paling tidak ada 5 isu strategis yang perlu digerakkan. Pertama, isu kelembagaan akibat lemahnya posisi tawar para petambak garam. Kedua, isu infrastruktur dan fasilitas produksi, karena lahan potensial baru setengahnya yang dimanfaatkan untuk memproduksi garam dan di kelola dengan fasilitas yang masih tradisional. Ketiga, isu permodalan dan manajemen usaha, terkait hal ini, harus diakui bahwa pengusaha garam nasional mengalami kesulitan dalam mengakses lembaga keuangan pembiayaan untuk memperoleh modal usaha. Isu keempat terkait dengan regulasi, yang menyangkut pengaturan pengadaan garam beryodium, penetapan harga awal dan pengaturan garam impor. Kelima, isu tata niaga, terkait dengan impor garam yang sering dilakukan pada saat panen raya, dan masih tingginya deviasi harga di tingkat produsen dan konsumen, disamping itu hingga kini masih terjadi penguasaan kartel perdagangan garam baik di tingkat lokal maupun regional.
Dalam kunjungan kerjanya di Indramayu, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad berkesempatan meninjau pengolahan industri garam lokal di Desa Kiajaran Wetan Kecamatan Losaran Indramayu Jawa Barat. Indonesia yang punya panjang laut terpanjang kedua di dunia sangat ironis jika kebutuhan garam nasionalnya sebagian besar masih diimpor dari India dan Australia, sementara kebutuhan garam nasional mencapai 1,5 juta ton per tahun. Di desa tersebut Fadel Muhammad melihat dari dekat bagaimana seorang petani pengolah garam bernama Hasan Achmad berinovasi dalam mengolah garam dengan memanfaatkan RAMSOL, produk yang berbentuk serbuk yang mampu memutihkan produk garam olahan dan lebih berkualitas. Produk garam olahan Hasan Achmad ini mampu bersaing di pasaran dan bahkan telah memenuhi kebutuhan garam di Indramayu dan wilayah-wilayah lainnya di Provinsi jawa Barat.
Saat ini harga garam berkisar Rp. 300 sampai Rp. 350 per kilogram, belum ekonomis. Fadel mengharapkan harga garam sebaiknya di atas Rp.450 per kilogram. "Saya rasa masalah tata niaga garam ini perlu dimatangkan, saya rasa tidak bisa kalau harga garam dibiarkan mengikuti pasar bebas, kita harus intervensi dan membantu petani garam, harga dilepas begitu saja juga industri kita tidak maju" katanya.
Menyikapi hal itu, menurut Fadel Muhammad, Pemerintah akan mengalokasikan sejumlah anggaran di kementriannya untuk memberdayakan masyarakat pesisir untuk memproduksi garam rakyat. "Kita butuh investasi agar tidak impor garam lagi dan bisa swasembada pada tahun 2012, ini soal harga diri bangsa, dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia masak kita harus impor garam dari Australia dan India" katanya.
Sumber : Jurnal Nasional 03 September 2010, hal.10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam dan flaming.thanks